Selasa, 24 Januari 2017

Fungi / Jamur

A.    Ciri Jamur
Jamur merupakan organisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa serta berreproduksi secara aseksual dan seksual. Organisme ini secara khusus akan dipelajari dalam suatu cabang biologi yakni Mikologi. Jumlah jamur sangat banyak dan beranekaragam apalagi di Indonesia yang merupakan daerah tropik.
Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Orang awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak).
Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara : membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terputus dan setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah.
B.    Struktur Jamur
Tubuh jamur ada yang disusun oleh sel tunggal (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler). Inti sel mempunyai membrane sehingga termasuk dalam oragnisme eukariotik. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
  
  

   
Gambar 1. jamur bersel satu (atas) dan jamur ber sel banyak (bawah)
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
Miselium bermanfaat untuk meningkatkan luas permukaan hifa sehingga mempermudah dalam proses penyerapan makanan. Miselium dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu miselium vegetative dan generative. Miselium vegetative merupakan miselium yang berfungsi menyerap nutrisi dari lingkungan sedangkan miselium generative merupakan miselium yang berfungsi dalam reproduksi.

C.    Cara hidup dan Reproduksi Jamur
Jamur dapat hidup di berbagai substrat, baik di lingkungan darat, perairan, maupun udara. Selama hidupnya jamur memerlukan bahan makanan dari organisme lain. Makanannya disimpan dalam bentuk glikogen.dalam memenuhi kebutuhannya, jamur hidup sebagai saprofit, parasit dan simbiosis. Jamur yang bersifat saprofit dengan cara menguraikan sampah – sampah organic yang ada di sekitar jamur. Dengan bantuan enzim yang dihasilkannya, sampah – sampah organik tadi akan diuraikan menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh akar jamur. Sedangkan jamur yang bersifat parasit dengan hidup di makhluk hidup lain dengan mengambil makanan dari bagian tubuh makhluk hidup yang ditumpanginya tersebut, dengan cara menempel pada bagian tertentu pada makhluk hidup yang ditumpanginya kemudian dihasilkan enzim untuk menghancurkan jaringan dari inangnya tersebut. Kemudian jaringan tadi akan diserap oleh jamur untuk dijadikan sumber makanan. Sedangkan jamur yang lain ada yang bersifat simbiosis. Contohnya adalah lichens (lumut kerak) yang merupakan simbiosis antara fungi dan alga (ganggang).Jamur akan menyediakan kelembapan bagi alga dan alga akan menghasilkan bahan – bahan makanan bagi jamur (karena alga memiliki klorofil sehingga bisa berfotosintesis). Dengan begitu kedua makhluk hidup ini dapat bertahan hidup di alam.
     



Gambar.  5.2  Jamur saprofit, jamur parasit (Cordyceps) dan lumut kerak.
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Spora aseksual ini bias berupa konidia, sporangiospora dan spora kembara. Cara lainnya misalkan fragmentasi (pemutusan hifa) dan pembentukkan tunas. Sedangkan reproduksi secara seksual dengan melibatkan penyatuan gamet jantan dan gamet betina misalkan isogami, anisogami dan oogami serta pembentukan spora seksual.

D.    Klasifikasi Jamur
Jamur dapat dikalsifikasikan menjadi 4 divisio berdasarkan karakteristik reproduksi seksual serta tipe miselium, hifa dan gamet. Divisio dari jamur ini adalah Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota

Zygomycota

1         Zygomycota
Kelompok jamur jenis ini memiliki hifa aseptat dengan jumlah inti sel yang banyak. Sebagian hidupnya saprofit dari sisa organisme, roti, nasi atau parsit pada tanaman, hewan atau jamur lain. Sekitar 600 spesies jamur telah diidentifikasi masuk ke dalam divisio Zygomycota. Sebagian besar mereka merupakan organisme darat yang hidup di tanah atau pada tumbuhan dan hewan yang membusuk. Ada di antaranya yang membentuk mikoriza, yaitu asosiasi saling menguntungkan antara jamur-jamur dari divisio ini dengan tumbuhan tinggi.
Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat reproduksi saja. Reproduksi seksualnya melalui peleburan gamet yang membentuk zigospora. Contoh yang paling mudah didapat dari anggota divisio ini adalah Rhizopus stoloniferus. Jamur ini hidup sebagai pengurai sisa organik atau parasit pada tanaman ubi jalar. Ada pula yang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan seperti roti, nasi, wortel, jambu dan lain-lain. Meskipun demikian ada yang dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi bahan makanan (dalam pembuatan tempe) dan asam-asam organik yang berguna bagi kita.
 

Gambar  Reproduksi dari Rhizopus sp
Rhizopus stoloniferus dapat berkembang biak secara aseksual. Prosesnya dimulai dengan spora yang berkecambah tumbuh menjadi hifa senositik yang bercabang-cabang, lalu pada empat hifa tertentu akan tumbuh sporangium yang disangga oleh sporangiofor. Di dalam sporangium terbentuk spora aseksual dalam jumlah besar. Kumpulan sporangiofor ditunjang oleh rizoid yang menyerap makanan dan air dari substratnya. Hifa di antara dua kumpulan sporangiofor yang dinamakan stolon . Dinding sporangium yang sangat rapuh luluh ketika spora menjadi matang. Setelah sporangium pecah, spora akan bertebaran dibawa angin. Di tempat yang sesuai, spora tersebut akan berkecambah.
  


Gambar Rhizopus stolonifer dan Mucor mucedo

Contoh lain Zygomycotina adalah Mucor mucedo. Ia hidup saprofit misalnya pada roti atau kotoran hewan. Jamur ini mempunyai keturunan diploid yang lebih singkat dari Rhizopus pylobolus yang sering ditemukan tumbuh pada kotoran  kuda mempunyai sporangium yang dapat menunjukkan gerak fototropi, yaitu gerak tumbuh membengkoknya sporangium ke arah datangnya cahaya.